Senin, 07 Januari 2008

VI STASIUN IKON DI KOTA PENCITRAAN

Bukit Olympus Dan Wahyu Pencipta

Bukit merupakan sebuah tempat yang menjulang tinggi. Hening, sunyi, sepi dan menyimpan sejuta misteri. Bukit kerap jadi tempat yang asing, dijauhi manusia, dan bukit tidak layak menjadi tempat huni. Belum terdengar kisah air mengalir ke atas bukit kecuali ada batu yang menjadi wadah penampung air hujan.

Dalam mitologi Yunani kuno, bukit merupakan tahta para dewa. Bukit Olympus yang mashyur itu menjadi singgasana Dewa Zeus ayah Herakles (Hercules) yang ber-ibu-kan puteri raja Alkmanek. Dalam ratusan legenda tradisional lain maupun kisah keagamaan, bukit sebagai tempat yang menyimpan kisah manusia mendengar suara ilahi, ruang sunyi bagi mereka yang bertapa disirami wahyu Pencipta, tempat manusia menemukan keabadian hidup di balik parade kemegahan kekuasaan, gelimangan materi dan tumpukan dolar.

Di bukit pula, manusia memantapkan arah hidupnya yang baru. Bukit selalu jadi mosaik bisu seputar manusia yang rapuh namun perkasa, tentang nilai-nilai transenden yang turun dari langit, soal nilai-nilai imanen humanis yang tumbuh dari rahim bumi. Bukit adalah simbol kesadaran jati diri. Kerap dari bukit, seorang raja leluasa menatap tanah kerajaannya, termasuk tanah impian.

Jangan lupa, bukit merupakan tempat manusia meregang nyawa dalam keputus-asaan maha hebat. Bukit kerap dijadikan pilihan satu-satunya sebagai benteng menyelamatkan diri dari serangan dan sergapan musuh. Dan pada akhirnya, banyak yang meninggal kelaparan di atas bukit setelah berbulan-bulan dikepung musuh. Itulah realitas bukit. Tak salah bila ada suku tertentu yang beranggapan, bukit adalah tempat kudus. Bukit adalah surga peristirahatan arwah para leluhur.

Manusia Berkarakter Mendaki Bukit

Ahhhh.....bukit, engkau kerap membangkitkan kerinduan anak manusia untuk datang mencari makna kehidupan. Bukit, kenapa engkau terus menggoda manusia. Kenapa hanya manusia yang berkarakter kau tarik kakinya menapak jalan penuh tanjakan? Kenapa manusia-manusia menjadi besar, nabi, raja dan pahlawan setelah turun dari puncakmu? Bukit, seandainya engkau bisa berbicara, pasti yang kau beberkan adalah rahasiamu yang terpendam. Sayang, engkau hanyalah tanah yang menjulang tinggi dalam kesunyian. Manusia akhirnya harus mencari jawaban itu dalam lubuk hatinya.

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung